Ada Apa di Balik Banjir Sumut? Kemenhut-Bareskrim Ungkap Hasil Forensik
Tayang: Senin, 15 Desember 2025 18:59 WIB Baca tanpa iklan
Banjir besar yang terjadi pada akhir November 2025 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Garoga dan sekitarnya dipicu oleh curah hujan yang sangat tinggi. Hujan deras menyebabkan debit air sungai meningkat drastis dan membawa material dari wilayah hulu, termasuk kayu gelondongan, sehingga air meluap dan menimbulkan kerusakan infrastruktur serta membahayakan keselamatan warga.
Dalam kondisi debit air yang meningkat tajam, kayu gelondongan dari wilayah hulu sungai ikut terseret arus. Kayu-kayu tersebut kemudian menumpuk di badan sungai dan jembatan, menghambat aliran air. Sumbatan ini membuat air tidak mengalir normal dan memperparah banjir di kawasan hilir.
Hasil pemeriksaan forensik menunjukkan bahwa kayu gelondongan berasal dari beragam jenis pohon. Tidak semuanya merupakan kayu hutan alam, melainkan juga ditemukan jenis kayu yang lazim tumbuh di lahan budidaya atau area yang telah mengalami alih fungsi lahan. Temuan ini mengindikasikan bahwa perubahan penggunaan lahan di wilayah hulu turut berperan dalam peristiwa banjir.
Selain itu, kondisi fisik kayu memperlihatkan dua karakter berbeda. Sebagian kayu ditemukan tercabut bersama akarnya, yang mengarah pada faktor alam seperti longsor dan erosi akibat hujan ekstrem. Namun, pada sebagian kayu lainnya ditemukan bekas potongan alat, yang menunjukkan adanya indikasi aktivitas manusia sebelum kayu tersebut terbawa arus sungai.
Kemenhut menegaskan bahwa berkurangnya tutupan hutan dan alih fungsi lahan di wilayah hulu sungai memperbesar risiko banjir. Hilangnya vegetasi penahan air menyebabkan tanah dan kayu lebih mudah hanyut saat hujan deras. Sementara itu, Bareskrim Polri menyatakan temuan forensik ini akan digunakan sebagai dasar penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran hukum.
Secara keseluruhan, hasil forensik menyimpulkan bahwa banjir di Sumatera Utara disebabkan oleh kombinasi faktor alam dan non-alam, yakni curah hujan tinggi, keberadaan kayu gelondongan dari hulu sungai, alih fungsi lahan yang mengurangi tutupan hutan, serta indikasi aktivitas manusia. Pemerintah berharap temuan ini menjadi dasar perbaikan pengelolaan lingkungan dan pencegahan banjir serupa di masa mendatang.

Post a Comment